Kupas Tuntas Fenomena Budaya Pop dan Musik

Loovo Music - Pop Art Culture
Pop Culture
“Terjebak ke dalam tren? mana mungkin, saya anti mainstream kok”. “Maaf musik saya musik indie, bukan pop cengeng ala major label” Kalimat seperti ini dan sejenisnya tentu sering anda dengar beberapa tahun terakhir.

Kenyataannya, benarkah masyarakat urban mampu keluar dari jeratan budaya dan musik pop? Bagaimanapun anda menolak mengakui bahwa hidup anda adalah “pop”, yakinkah anda murni dari semua unsur budaya instan?

Tentu saja akan banyak perdebatan soal ini. Sah-sah saja memang. Namun sebelum menjawab semua pertanyaan di atas, ada baiknya anda menelusuri seluk beluk budaya dan musik pop. Mengikuti semua alurnya sehingga  sadar betapa kuat budaya pop mendoktrin hidup anda. Lebay? Heheh. Mungkin…

Budaya Populer

Sebelum kita membahas budaya pop dan lebih jauh musik pop, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan “budaya”.

Secara singkat, definisi budaya pada dasarnya adalah nilai turun temurun yang melekat pada kehidupan masyarakat. Budaya tentu tidak dapat diperjualbelikan karena mengandung makna dan kebanggaan dalam suatu kelompok.

Uniknya, budaya pop mempunyai konsep yang sedikit berbeda dari budaya pada umumnya. Budaya pop merupakan bagian dari sebuah industri yang dikemas dalam konsep tertentu sehingga menarik minat orang banyak.

Pop - Loovo Music
www.time.com
Istilah "budaya populer" pertama dikenal pada abad ke-19, khususnya pada akhir Perang Dunia II terutama di Amerika Serikat.

Teori lain mengungkap bahwa budaya pop dimulai setelah akhir masa revolusi industri, di mana pada masa tersebut, masyarakat yang semakin santai membutuhkan banyak variasi hiburan. Fenomena ini diperparah dengan propaganda media yang menggoda setiap individu untuk terjebak ke dalam tren.

Lalu mengapa kita seringkali tidak sadar bahwa kita adalah bagian dari budaya pop? Tentu saja karena sasaran budaya popular tidak dibatasi oleh apapun. Tidak peduli usia, gender, atau ras. Budaya populer mampu mempengaruhi pola pikir, keputusan, selera bahkan cara anda berpakaian secara massal melalui propaganda media.

Jeans yang anda pakai, musik yang anda dengar, film box-office yang anda tunggu, tim sepakbola kebanggaan, gadget yang baru saja dibeli, komunitas yang anda ikuti, hingga rainbow cake yang baru saja anda telan.

Sebelum anda menyendiri di gunung atau hutan, nampaknya unsur-unsur pop tersebut sulit untuk dilewatkan.

Lebay?heheh. Lagi-lagi mungkin…..

Musik Popupler

Di era global, trend musik dunia didominasi oleh musik pop. Musik pop itu sendiri merupakan bagian dari budaya populer (budaya pop) yang dikonsumsi banyak orang dan dikomersialkan secara bebas. Hampir tidak mungkin untuk berada di luar budaya pop. Sulit untuk dihindari? Ya memang begitulah keadaan saat ini.

Seperti kebanyakan produk dari budaya pop, musik mampu meraih popularitas dalam waktu yang sangat cepat namun sangat bergantung kepada tren. Popularitas cepat didapat tetapi tidak bisa bertahan lama karena banyak sekali ‘pemain’ dalam industri musik pop.

Lahirnya musik pop sendiri tidak lepas dari pengaruh budaya pop. Sebagai bagian dari budaya pop, penguasaan media menjadi faktor penting untuk memenangkan konsumen. Sebuah sistem dirancang khusus sehingga bisa diproduksi secara massal dan konsepnya sangat dipengaruhi oleh keinginan pasar.

Pop - Loovo Music
www.docstoc.com
Sesungguhnya budaya pop yang berupa musik telah muncul di Indonesia di masa orde lama, salah satu contohnya adalah Koes Bersaudara yang harus mendekam di penjara karena membawakan lagu yang kental dengan warna The Beatles — Band legendaris yang bisa dianggap sebagai salah satu founding father dari musik pop —Atau simak tahun 80an ketika Glam Rock, disco dan break dance menghipnotis anak muda pada zamannya.

Mungkin masih ada yang ingat film klasik yang sarat dengan musik pop bergenre disko, “Olga dan Sepatu Roda”, atau “Tari Kejang”. Budaya dan musik Pop sudah menginvasi Indonesia berpuluh-puluh tahun lamanya

Di era digital saat ini, musik pop mampu berkembang sangat cepat. Tidak ada lagi batas antar negara karena budaya bisa masuk ke negara lain dengan cepat melalui media massa. Kita bisa mengakses hiburan melalui TV, radio dan internet.

Musik pop mendominasi genre musik lainnya. Kondisi ini sangatlah menguntungkan bagi perkembangan budaya pop yang dikonsumsi secara massal. Hal ini membuat Industri musik pop bisa mendapatkan keuntungan besar.

Namun seiring waktu, semakin sulit untuk mengkotak-kotakkan genre musik. Produser dan pengamat musik bisa saja menciptakan istilah baru untuk sebuah genre. Tidak ada lagi batas hitam dan putih untuk musik jazz, rock, pop, maupun blues. Dengan propaganda media dan industri yang mendukung, semua genre mampu bertransformasi menjadi musik pop.

Bahkan gerakan militan berslogan anti mainstream pun sedikit demi sedikit mampu menjadi budaya pop, karena berkembang ke arah tren.

Musik bertempo cepat dengan lirik dan sound yang kasar bisa saja dianggap sebagai musik pop jika kemasannya sesuai dan menjadi sebuah tren. Sebaliknya musik sendu, berlirik cinta tidak melulu akan dianggap sebagai musik pop. Semua kembali pada keberpihakan industri dan media.
Contohnya medio 90an, dimana musik Ska menjadi fenomena baru di dunia musik Indonesia. Aliran musik yang jauh dari lirik cinta dan nada sendu, tiba-tiba menjamur di seantero negeri. Media televisi penuh sesak akan kehadiran band-band baru bergenre ska. Kemudian disusul fenomena sejenis, ketika musik disko dan vintage menjadi trend remaja saat itu.

Memasuki era 2000 hingga saat ini, ikon musik pop sangat pantas untuk disematkan kepada musisi Emo dan boy/girlband K-Pop. Selain menjadi tren di industri musik, keduanya mampu mempengaruhi aliran bermusik dan fashion untuk kaum muda saat ini.

So. Masih yakin anda bukanlah bagian dari Mainstream?

2 comments: